Senin, 17 Agustus 2015

Bacalah al-Qur'an dan Ingatlah Allah, Agar Namamu Disebut-sebut di Langit



Bacalah al-Qur'an dan Ingatlah Allah, Agar Namamu Disebut-sebut di Langit

Allah memang Maha Pemurah. Dia bukan saja menciptakan kita. Bahkan semua fasilitas yang diberikanNya sungguh memudahkan. Ibarat seorang pembantu, kita sangat dimanjakan oleh majikan. Dan ketika kita bisa melaksanakan perintah Allah dengan benar, maka Dia akan memberi bayaran tunai kepada kita.

 Abu Dzar berkata, “Demi Ayah dan Ibuku, berilah Aku wasiat Ya Rasulullah!” Rasulullah menjawab, “Aku berwasiat kepadamu agar bertaqwa kepada Allah, karena ia merupakan pangkal seluruh urusan.” Abu Dzar, “Tambahlah ya Rasulullah!” Jawab beliau, “Hendaklah kamu membaca al-Qur’an dan banyak mengingat Allah, karena itu akan membuatmu disebut–sebut di langit.” (Shahih Ibnu Hibban dalam syarah Hadits Arbain an-Nawawi)

Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash, Rasul bersabda, “Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafaat pada hari kiamat.” Kata Puasa, “Wahai Tuhanku, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat di siang hari, oleh karena itu terimalah syafa’atku untuknya.” al-Qur’an kemudian berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, oleh karena itu terimalah syafa’atku untuknya.” Rasul bersabda, “Maka, kedua permintaan tersebut diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.” (HR. Ahmad)

Sahabat Ka’ab bin Malik berkata, “Sesungguhnya setiap orang yang menanam akan diberikan apa yang ditanamnya disertai tambahan, hanya saja para ahli al-Qur’an dan Puasa diberikan pahala mereka tanpa batasan.”

Orang yang membaca Al-Qur’an, akan dilimpahi cahaya sebagaimana riwayat dalam Shahih Ibnu Hibban, “Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan di langit.”

“Siapa yang sampai padanya Al-Qur’an,” sebagaimana dikatakan oleh Muhammad bin Kaab Al Qurazi, “Kemudian ia membacanya,” lanjutnya, “Maka ia seperti sedang berdialog dengan Allah.” Sedangkan Malik bin Dinar pernah berkata, “Apa yang ditanam al-Qur’an dalam hati kalian? Al-Qur’an adalah air kehidupan bagi orang mukmin, seperti hujan yang merupakan air kehidupan bagi tanah.”

Masih banyak hadits maupun perkataan para sahabat Rasulullah tentang keutamaan membaca al-Qur’an. Bahkan, mereka yang disibukkan dengan al-Qur’an sehingga lupa untuk meminta sesuatu kepada Allah, akan diberi yang terbaik sesuai kuasaNya. Dari Abu Said al-Khudry, “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang–orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas lainnya adalah seperti Allah atas makhluk-Nya.” (HR Tirmidzi, kata beliau : hadits Hasan)

Subhanallahi wal hamdulillah . Betapa maha Pemurahnya Allah kepada kita. Sehingga tilawah yang merupakan kebutuhan kita pun diberi ganjaran yang sangat berlimpah. Masihkah kita beralasan sehingga malas membaca al-Qur’an? Tidak cukupkah pahala yang Allah bentangkan untuk kita unduh sebanyak-banyaknya? Tidak cukupkah karunia itu untuk kita depositokan guna kehidupan selepas mati kita kelak? Sesunguhnya Allah Maha Benar PerkataanNya.[]


Al-Qur'an, Mega Bonus Tiada Putus

Semua keberkahan akan Allah berikan ketika kita berupaya membersamai al-Qur’an dan mempraktekan apa yang terkandung di dalamnya. Allah menjanjikan bonus tiada putus kepada shohibul Qur’an. Bonus itu akan diberikan sesuai kadar kecintaan dan kesungguhan seseorang dalam berinteraksi dengan al-Qur’an.

Yang paling sederhana adalah membeli al-Qur’an untuk dihadiahkan kepada sesama. Ketika al-Qur’an yang kita berikan dimanfaatkan dengan sebenarnya, maka pahala dari Allah akan terus mengalir kepada kita di dunia dan akan terus mengalir selepas kita mati.

Selain itu, ada beragam cara untuk mendulang bonus manakala kita berupaya dengan sekuat tenaga untuk mengakrabi Kalam Allah yang berjumlah 114 surah itu.

Dalam sebuah kesempatan, sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidina Utsman bin Affan, Rasul bersabda, “Sebaik–baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an kemudian mengajarkannya kepada orang lain.” (HR Bukhari [5027] dalam hadits [5028] disebutkan “Orang yang paling Utama”).

Dari hadits ini, kita diberitahu oleh Rasulullah bahwa yang terbaik bukanlah mereka yang berparas tampan dan menjadi dambaan para gadis. Bukan pula mereka yang bergelimang harta sehingga bisa membeli semua yang mereka ingini. Bukan juga mereka yang terkenal sehingga digandrungi oleh banyak kalangan.

Yang terbaik bukanlah para politisi berdasi yang rajin korupsi, artis glamour yang suka tebar pamor, gonta ganti pasangan, bahkan kumpul kebo semaunya. Yang terbaik di sisi Allah, adalah mereka yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.

Bahkan, seorang hamba yang berada di sudut kampung terpencil, bisa jadi memiliki kedudukan yang amat mulia di sisi Allah manakala ia mempraktekan kandungan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ini.

Selain itu, al-Qur’an bisa menjadikan diri kita bernilai lebih di antara sesama orang yang beriman. Nilai lebih ini tergantung pada kadar interaksi kita dengan kalam Allah yang berjumlah 30 juz itu.

“Orang mukmin yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya bagai buah ‘utrujah (sejenis lemon), rasanya enak dan baunya sedap. Orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an namun mengamalkannya, ia bagai buah kurma. Rasanya enak namun tidak berbau. Orang munafik yang membaca al-Qur’an ibarat buah raihanah (sejenis kemangi), baunya sedap tapi rasanya pahit. Orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an ibarat hanzalah, rasanya pahit, kotor dan baunya busuk.” (HR Imam Bukhari [5059]).

Dari Imam Hakim, Rasulullah bersabda, “Al-Qur’an adalah hidangan Allah, maka terimalah hidangan ini sekuat kemampuan kalian. Al-Qur’an adalah tali Alah, cahaya yang terang, obat yang bermanfaat. Terpeliharalah orang yang berpegang teguh dengannya dan keselamatanlah bagi yang mengikutinya. Jika akan menyimpang, maka diturunkan. Tidak terputus keajaibannya, tidak lapuk karena banyak diulang. Bacalah karena Allah akan memberikan pahala bacaan kalian setiap huruf sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Aliif Laam Miim satu huruf. Melainkan Aliif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”

Al-Qur’an, sebagaimana kita simpulkan dari hadits di atas, adalah keberkahan. Dimulai dari membacanya, hingga menjadikannya sebagai amalan dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an adalah mega bonus tiada putus yang diberikan oleh-Nya, semau kita mengambilnya. Semoga Allah berikan kita kemudahan untuk mendulang bonus Qur’ani ini, sebanyak mungkin. Untuk bekal hidup guna keselamatan kita kelak di akhirat.[]

Mengapa Harus Berpedoman pada al-Qur’an?

 Pernahkah kita berpikir tentang jawaban dari pertanyaan ini: Mengapa kita harus menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup? Bukankah orang-orang yang beragama selain Islam bisa tetap hidup meski tanpa al-Qur’an? Bukankah kehidupan mereka justru lebih sukses (dunianya) dari kehidupan sebagian kecil umat Islam saat ini?

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, Rasusullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam dirinya sesuatupun dari al-Qur’an laksana sebuah rumah yang runtuh." (Riwayat Tirmizi. Hadits hasan sahih).

Mari bercermin pada nurani yang paling dalam. Tentang eksistensi kita yang sebenarnya. Hal ini memberikan kepada kita sebuah rambu-rambu Robbani tentang kehidupan yang tengah kita jalani. Bahwa hidup atau tidaknya kita, sejatinya bukan hanya lantaran fisik. Hidup atau tidaknya kita sangat tergantung dengan interaksi kita kepada al-Qur’an. Hadits di atas menegaskan, bahwa mereka yang tidak terdapat al-Qur’an dalam dirinya, sama saja dengan rumah yang runtuh alias mati.

Adakah al-Qur’an dalam diri kita? Ataukah kita termasuk “mati” karena tidak adanya al-Qur’an dalam jiwa kita? Jikapun ada, apakah keberadaan al-Qur’an mampu menjadikan kita generasi yang berpijak hanya berdasarkan hokum-huku di dalamnya? Apakah al-Qur’an hanya perlu disimpan rapi-rapi dalam jiwa untuk dinikmati sendiri?

Sudahkah stock al-Qur’an yang ada dalam jiwa benar-benar membuat hidup kita serasa lebih hidup? Ataukah kita termasuk golongan yang berbangga karena asumsi yang salah? Berasumsi bahwa sudah mempunyai banyak stock al-Qur’an dalam jiwa sementara diri tak kunjung memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan umat?

Al-Qur’an merupakan pedoman yang tidak ada kebengkokan di dalamnya. Surah al-Kahfi [18] ayat 1 menyebutkan, “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.” Ayat ini adalah jaminan dari Allah bahwa siapa saja yang berpedoman dengan benar kepada al-Qur’an, maka hidupnya tidak akan pernah bengkok.

Hidupnya akan senantiasa lurus, selurus bimbingan Allah kepada mereka yang beriman. Inilah mengapa Allah menyuruh kita untuk berdoa sebagaimana disebutkan dalam surah al-Fatihah [1] ayat 6, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Jalan lurus inilah yang akan mengantarkan kita menuju surga dan ampunan Allah.

Mereka yang tidak mempunyai al-Qur’an dalam dirinya akan hidup seperti hewan, bahkan lebih sesat lagi. Apalagi jika al-Qur’an sebatas penghias bibir.

Sebut saja kambing. Kambing memang tak berbaju. Ia telanjang. Bulat. Namun, pernahkah kita mendengar atau melihat ada kambing yang (maaf) main film porno? Tidak pernah, kan? Bandingkan dengan manusia yang tidak mempunyai al-Qur’an di dalam dirinya. Mereka dengan tidak merasa jijik dan canggung membuat bahkan menyebarkan film-film durjana itu ke hadapan publik melalui video dengan harga semangkuk mie ayam, atau melalui situs tidak jelas yang mudah diakses. Belum lagi lewat gambar yang bertebaran di majalah-majalah durjana mereka. Inilah mengapa, Allah menyebut mereka dengan sebutan, “Mereka lebih sesat dari binatang ternak.”

Selain kambing, sebut saja tikus. Serakah ia. Semuanya dimakan. Tapi, apakah pernah mendengar tikus yang memakan milyaran uang rakyatnya? Tidak pernah, kan? Bandingkan dengan mereka yang berdasi namun tak mempunyai al-Qur’an dalam jiwanya. Atau, mereka mempunyai al-Qur’an namun tidak pernah menjalankan ajarannya.

Mereka berdasi dan berpakain parlente. Gajian besar, ruangan kerja nyaman dan aneka fasilitas fisik menyenangkan lainnya. Apa yang mereka lakukan? Uang rakyat disambar. ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Ada juga yang nilainya sampai triliunan. Bahkan mereka mengorupsi uang yang sedianya untuk korban bencana alam.

Ini hanya sebagian kecil dari dampak tidak adanya al-Qur’an dalam kehidupan seorang. Maka, masihkah kita menganggap sebuah kehidupan jika al-Qur’an tidak lagi ada dalam jiwa-jiwa kita?

 “Berbekallah,” kata Allah, “Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa.” Taqwa hanya bisa didapatkan dengan mempelajari dan mengamalkan seluruh kandungan al-Qur’an, semaksimal mungkin.

Maka, kita membutuhkan al-Qur’an karena kita hidup. Mengapa al-Qur’an? Karena hidup, maka kita membutuhkan al-Qur’an

Etika Lahir dan Bathin dalam Membaca al-Qur'an
 Islam adalah agama yang paling komplit. Menyeluruh. Sempurna dan menyempurnakan. Ia mengatur semua aspek kehidupan. Tanpa terkecuali. Bahkan sekedar buang air kecil, buang air besar atau meludah pun diatur dengan seksama melalui contoh dari Nabi.

Begitupun dengan tilawah. Tilawah diatur sedemikian rupa meliputi bagaimana cara membacanya dengan adab ketika membacanya.

Dalam berinteraksi dengan Kalam Suci itu, kita tidak boleh membacanya sesuka hati. Ada aturan main yang harus dipatuhi.

Imam al-Ghozali ( 450H/1058M – 505H/1111M ) merumuskan adab yang harus kita lakukan ketika membaca al-Qur’an. Hujjatul Islam ini membagi adab tilawah dalam dua jenis. Yaitu Adab Bathin dan Adab Lahir.

Dalam menerangkan Adab Bathin, beliau merumuskan 5 hal yang harus ada ketika kita membaca al-Qur’an:
1.Memahami asal kalimat.
2.Hati dalam keadaan membesarkan kalimat Allah.
3.Menghadirkan hati.
4.Memperluas dan memperhalus perasaan.
5.Membersihkan jiwa.

Sedangkan Imam Jalaudin as-Suyuthi, dalam kitabnya al-Itqon fi ‘Ulum al-Qur’an mendefinisikan 10 hal lahir yang harus kita upayakan ketika membaca al-Qur’an.

1. Berwudhu, mengambil al-Qur’an dengan tangan kanan dan memegangnya dengan kedua belah tangan ( atau menaruhnya dalam meja baca- ibid).

2.Tempat yang bersih.

Di semua tempat sangat dianjurkan untuk membaca al-Qur’an. Kecuali tempat-tempat yang memang dilarang. Sebagaimana dikatakan oleh Imam asy-Sya’bi: Dimakruhkan membaca al-Qur’an di tiga tempat : kamar mandi, tempat buang air besar dan air kecil dan tempat penggilingan yang sedang berputar. Sedangkan tempat yang paling utama adalah di Masjid.

Al-Qur’an juga sangat dianjurkan untuk dibaca di rumah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan Imam Anas bin Malik, “Terangilah rumah-rumah kalian dengan sholat dan membaca al-Qur’an.”

Sedangkan sahabat Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya rumah yang dibacakan al-Qur’an, niscaya lapang penghuninya, banyak kebaikannya, datanglah malaikat ke dalamnya dan keluarlah setan dari dalamnya. Sedangkan rumah yang tidak dibacakan al-Qur’an, niscaya sempit penghuninya, sedikit kebaikannya, keluarlah daripadanya malaikat dan datanglah setan-setan.

3.Menghadap kiblat, membaca dengan khusyu’ dan tenang, berpakaian yang bersih.

4.Mulut dalam keadaan bersih, tidak sedang mengunyah makanan, membersihkan mulut dan gigi terlebih dahulu.

5.Membaca Ta’awudz dan Basmalah.

Tilawah merupakan ibadah ungggulan. Dalam hal ini setan tidak mungkin mendiamkan mereka yang membaca al-Qur’an. Setan akan menggoda dalam tiap fase. Dimulai dari ketika seorang mukmin berniat untuk tilawah, ketika tilawah dan juga setelah tilawah.

Ketika hendak tilawah, setan menggoda dengan iming-iming aktivitas lain yang lebih menyenangkan secara duniawi. Ketika tilawah, setan menggoda dengan meniupkan ketidak-khusyu’an. Setelah tilawah, setan menggoda agar kita segera melupakan apa yang baru saja kita tilawahi. Sehingga tilawah tersebut tidak memberikan bekas melainkan sedikit atau bahkan tidak sama sekali.

Oleh karena itu disunnahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dengan membaca ta’awudz sebelum tilawah sebagaimana disebutkan dalam surah an- Nahl [16] ayat 98 , “Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”
Setelah ta’awudz, kita perlu menyambungnya dengan Basmalah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud, “Setiap urusan (kebaikan) yang tidak dimulai dengan bismillah akan terputus (berkahnya).”

 6.Tartil.
Tartil berarati pelan dan tenang. Sebagaimana disebutkan dalam surah al-Muzzammil [73] ayat 4 , “Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”

7.Memperhatikan maksud ayat yang dibaca.
Hal ini berlaku untuk mereka yang memang sudah intens interaksinya dengan al-Qur’an. Bagi pemula, hal ini belum begitu ditekankan.

8.Membaca untuk dipraktekan.
9.Dengan suara yang bagus dan merdu untuk menambahkan keindahan al-Qur’an.
Sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, “Hendaklah kalian menghiasi al-Qur’an dengan suara kalian ( yang merdu ).”
10.Jangan berhenti membaca hanya karena hendak berbicara dengan orang lain ; dilarang sambil tertawa dan main-main.

Dalam hal ini, carilah waktu khusus sesuai keluangan kita. Sehinga bias fokus dan tidak terganggu oleh aktivitas terhadap makhluk.
Semoga dengan mengupayakan totalitas kedua jenis adab tilawah di atas membuat al-Qur’an yang suci itu mudah merasuk ke dalam jiwa setiap pembacanya. Semoga kita semakin mencintai al-Qur’an. Aamiin.



Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com
http://www.bersamadakwah.com/2014/07/etika-lahir-dan-bathin-dalam-membaca-al.html
http://www.bersamadakwah.com/2014/07/bacalah-al-quran-dan-ingatlah-allah.html
http://www.bersamadakwah.com/2014/07/al-quran-mega-bonus-tiada-putus.html
Redaktur Bersamadakwah.com
http://www.bersamadakwah.com/2014/07/mengapa-harus-berpedoman-pada-al-quran.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar